JAKARTA – Pelopor kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI), Geoffrey Hinton, yang sering dijuluki sebagai ‘godfather of AI’, memutuskan cabut dari Google. Dengan keluar dari raksasa teknologi tersebut, Hinton mampu bicara secara blak-blakan tentang bahaya AI untuk membuat tipuan yang meyakinkan dan memperingatkan para ilmuwan untuk mengendalikannya sebelum mengembangkannya lebih jauh.
Seperti dilansir dari Deutsche Welle, dalam Twitter pada hari Senin (1/5), Hinton mengatakan alasannya meninggalkan Google agar dirinya ‘dapat berbicara tentang bahaya AI tanpa mempertimbangkan bagaimana ini berdampak pada Google’. Ia menyangkal bahwa dia pergi untuk mengkritik mantan perusahaanya dengan bebas. “Google telah bertindak sangat bertanggung jawab,” katanya.
Pengunduran diri Hinton terjadi di tengah meningkatnya ketakutan di bidang AI terkait langkah yang diambil dalam teknologi tersebut sepanjang tahun lalu dan bahaya yang ditimbulkannya bagi umat manusia. Dalam sebuah wawancara dengan The New York Times, pria 75 tahun tersebut mengatakan bahwa kemajuan AI menimbulkan risiko besar bagi masyarakat dan kemanusiaan. “Lihatlah bagaimana lima tahun lalu dan sekarang. Ambil perbedaannya dan sebarkan ke depan. Itu menakutkan,” ujarnya.
Hinton secara khusus memperingatkan kemampuan AI untuk membuat konten palsu yang sangat meyakinkan, seperti gambar. Menurut dia, kapasitas teknologi yang dapat menghasilkan gambar dan teks palsu yang tampak asli menciptakan kenyataan ketika orang ‘tidak dapat lagi mengetahui apa yang benar’. “Sulit untuk melihat bagaimana Anda dapat mencegah aktor jahat menggunakannya untuk hal-hal buruk,” dia memperingatkan.
“Gagasan bahwa benda ini benar-benar bisa menjadi lebih pintar daripada orang, dan beberapa orang memercayainya,” katanya kepada The New York Times. “Namun, kebanyakan orang berpikir itu (masih) jauh, dan saya (juga) pikir itu jauh. Saya pikir itu 30 sampai 50 tahun atau bahkan lebih lama lagi. Jelas, saya tidak lagi memikirkan itu.”
Hinton berada di belakang beberapa penelitian inovatif tentang jaringan saraf, yang dianggap sebagai dasar untuk sistem AI saat ini, termasuk chatbot ChatGPT yang kontroversial. Jaringan saraf tiruan mengambil inspirasi dari sistem saraf biologis dan meniru cara mereka beroperasi untuk memfasilitasi pembelajaran mesin, baik dalam bentuk pemrosesan informasi atau belajar dari pengalaman.
Masih dalam wawancaranya dengan The New York Times, Hinton mengatakan, mungkin apa yang terjadi dalam sistem ini sebenarnya jauh lebih baik daripada apa yang terjadi di otak. Dia menyarankan kepada para ilmuwan seharusnya tidak memperluas AI sampai mereka memahami apakah mereka dapat mengendalikannya.
Beberapa pemimpin teknologi sebelumnya telah menandatangani surat pada bulan Maret lalu, yang meminta pengembang kecerdasan buatan untuk menghentikan pekerjaan mereka selama enam bulan. Mereka memperingatkan potensi risiko terhadap masyarakat dan kemanusiaan saat raksasa teknologi seperti Google dan Microsoft berlomba membangun program AI yang dapat belajar secara mandiri. Peringatan tersebut muncul setelah rilis GPT-4, versi terbaru dari program ChatGPT yang dikembangkan OpenAI dengan dukungan Microsoft.