SINGAPURA – Grab melaporkan kerugian lebih dari 1 miliar dolar as pada kuartal keempat 2021, yang langsung membuat saham mereka turun lebih dari 10%. Sebagian besar kerugian tersebut disebabkan investasi besar-besaran untuk menuju pertumbuhan, menunjukkan bahwa profitabilitas tetap menjadi tantangan utama bagi operator superapp karena harus menghadapi persaingan yang kuat.
Seperti dilansir dari nikkei Asia, dalam hasil kuartalan pertama yang dirilis sejak listing di Nasdaq, Grab pada Kamis (3/3) kemarin melaporkan kerugian bersih sebesar 1,055 miliar dolar AS untuk tiga bulan yang berakhir Desember 2021, lebih tinggi dari kerugian 576 juta dolar AS pada tahun sebelumnya. Kerugian tahunan mencapai sekitar 3,4 miliar dolar AS, melonjak dibandingkan kerugian 2,6 miliar dolar AS pada tahun 2020.
Bisnis inti Grab meliputi layanan transportasi online, pengiriman makanan dan bahan makanan, serta layanan keuangan digital. Perusahaan ini beroperasi di delapan negara Asia Tenggara, yakni Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, Filipina, Vietnam, Kamboja, dan Myanmar, menjadikannya salah satu perusahaan rintisan paling terkemuka di kawasan ini bersama dengan Sea dan GoTo dari Indonesia.
Nilai barang dagangan bruto (gross merchandise value atau GMV), total nilai transaksi dari layanan, meningkat 26% menjadi 4,5 miliar dolar AS pada kuartal keempat, menurut laporan perusahaan. Sementara GMV untuk ride-hailing turun 11% karena penyebaran virus corona, angka untuk segmen pengiriman naik 52%. Namun, pertumbuhan GMV datang dengan pengeluaran besar-besaran untuk insentif. Akibatnya, pendapatan akuntansi kuartal keempat turun 44% menjadi 122 juta dolar AS.
“Grab berinvestasi terlebih dahulu untuk meningkatkan pasokan pengemudi guna mendukung pemulihan yang kuat dalam permintaan mobilitas,” kata perusahaan tersebut. “Insentif konsumen untuk mobilitas dan pengiriman juga meningkat karena Grab berinvestasi dalam pangsa kategori dan pertumbuhan (pengguna yang bertransaksi bulanan).”
Insentif konsumen, yang mengacu pada diskon dan promosi yang ditawarkan kepada konsumen, meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 365 juta dolar AS pada kuartal keempat 2021. Dalam sebuah laporan minggu lalu, DBS Group Holdings Singapura mengatakan bahwa Grab telah menawarkan insentif pengemudi dan diskon konsumen sejak awal 2022, yang membuat bisnis mobilitas saingan GoTo tidak relevan di Singapura.
Meningkatkan profitabilitas sangat penting bagi perusahaan, terutama karena pergeseran oleh bank sentral ke kebijakan moneter yang lebih ketat mengakibatkan aksi jual teknologi global baru-baru ini. Namun, menurut laporan DBS Group Holdings, promosi mobilitas Grab mungkin merusak marginnya. Dikatakan juga bahwa Grab kehilangan pangsa pasar pengiriman di Indonesia, yang direbut Sea (induk shopee).
Terdaftar di Nasdaq, yang dicapai melalui merger dengan perusahaan akuisisi tujuan khusus, sebenarnya menarik banyak perhatian dari investor, terutama karena perusahaan teknologi China menghadapi tantangan regulasi di dalam negeri. Namun, saham telah merosot sejak itu. Kapitalisasi pasar Grab sekitar 20 miliar dolar AS pada hari Rabu (2/3), hanya setengah dari nilai yang diharapkan sebelum listing.
“Ke depan, tahun 2022 akan menjadi tahun yang menentukan bagi Grab,” ujar CEO Grab, Anthony Tan, dalam sebuah webcast pendapatan. “Perusahaan bertujuan untuk memulai bisnis perbankan digital di Singapura dan terus mengejar peluang di segmen pengiriman sesuai permintaan. Kami akan terus fokus pada pemulihan mobilitas.”