JAKARTA – Rupiah harus menerima nasib tenggelam di teritori merah pada perdagangan Kamis (17/2) sore setelah jumlah kasus covid-19 di Indonesia terus meningkat, mendekati puncak gelombang ketiga. Menurut catatan Bloomberg Index pukul 14.57 WIB, mata uang Garuda ditutup melemah 69,5 poin atau 0,49% ke level Rp14.325,5 per dolar AS.
Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Benua asia justru mampu mengungguli greenback. Rupee India menjadi yang paling perkasa setelah naik 0,35%, diikuti baht Thailand yang menguat 0,11%, kemudian dolar Singapura, yuan China, dan won Korea Selatan yang sama-sama menguat 0,09%, serta yen Jepang dan peso Filipina yang kompak bertambah 0,03%.
“Pasar kelihatannya mengantisipasi kasus Covid-19 di tanah Air yang melewati puncak gelombang kedua pada tahun lalu,” tutur analis pasar uang, Ariston Tjendra, dikutip dari Antara. “Selain itu, eskalasi ketegangan antara Rusia dan NATO, ketika pemerintah AS mengatakan bahwa Rusia tidak benar-benar menarik pasukannya dari perbatasan Ukraina, juga menjadi penekan aset berisiko seperti rupiah.”
Per tanggal 16 Februari 2022, jumlah kasus harian Covid-19 mencapai angka 64.718 kasus, sehingga total kasus mencapai 4,97 juta kasus, dengan kasus untuk positif varian Omicron sebanyak 6.130 kasus. Merujuk data tersebut, Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan bahwa Indonesia sudah mendekati puncak gelombang ketiga Covid-19, yang mayoritas disebabkan varian Omicron.
Dari pasar global, pernyataan seorang pejabat AS yang mengatakan bahwa alih-alih menarik diri, Rusia justru menambah jumlah pasukan di dekat perbatasan dengan Ukraina, membuat euro semakin tertekan, setelah sebelumnya melemah akibat ekspektasi kenaikan suku bunga AS. Euro terpantau diperdagangkan di level 1,1379 terhadap dolar AS.
Seperti dilansir dari Reuters, kebuntuan di tepi timur Eropa adalah salah satu krisis terdalam dalam hubungan Timur-Barat selama beberapa dekade. Euro yang sebelumnya sempat bangkit menyusul pernyataan Rusia tentang menarik mundur militer mereka, kembali jatuh ketika seorang pejabat senior AS kemarin mengatakan kepada wartawan bahwa pernyataan itu salah.
Risalah semalam dari pertemuan Januari 2022 oleh Federal Reserve dinilai kurang hawkish dari yang diperkirakan beberapa investor, membuat gerak indeks dolar AS yang sebelumnya agresif, menjadi sedikit mereda. Menurut ahli strategi Scotiabank, Qi Gao, risalah tidak menyebutkan diskusi tentang langkah kenaikan dan tidak mengungkapkan rincian tentang waktu pengurangan neraca yang direncanakan.