PUERTO PRINCESA – Untuk memperkuat klaim atas Laut China Selatan, Filipina di bawah pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos Jr. telah mengundang militer AS untuk meningkatkan kehadiran mereka, memberi Negeri Paman Sam akses ke lebih banyak pangkalan sambil meningkatkan patroli. Selain itu, negara tetangga Indonesia juga memanfaatkan sektor pariwisata yang meliputi panorama yang indah, pantai berpasir, dan tulisan ‘Selamat datang di China’ untuk memajukan klaim perairan yang disengketakan.
Seperti dilansir dari Nikkei Asia, usaha wisata ‘The Great Kalayaan Expedition’ merupakan bagian dari upaya terbaru Filipina untuk menegaskan haknya di jalur air yang kaya sumber daya, tempat Beijing telah membuat klaim. Tur memungkinkan pengunjung mengarungi perairan yang jernih, membawa mereka menyusuri pantai pasir putih, dan memberi mereka pemandangan hutan hijau yang subur
Tur ini diselenggarakan oleh pemerintah kota yang mengelola gugusan Pulau Kalayaan, lebih dari 450 kilometer di sebelah barat Pulau Palawan. Kalayaan, yang berarti ‘kebebasan’, hanya berjarak 14 mil laut (26 km) dari pulau terdekat yang telah direklamasi dan dimiliterisasi oleh Beijing untuk mendukung klaim ‘Nine Dash Line’ mereka.
“Tujuan program ini adalah untuk menegaskan integritas teritorial melalui soft diplomacy,” papar Ken Hupanda, manajer program pariwisata Kalayaan yang membantu mengatur tur tersebut. “Kami adalah kota yang normal. Kami telah dinyatakan sebagai kotamadya oleh undang-undang. Jadi, undang-undang juga menyuruh kami untuk melakukan hal kami sendiri. Itu memberi kami kebebasan untuk memutuskan masa depan kami.”
Biaya tur adalah 120.000 peso (2.400 dolar AS) per orang, yang menurut standar lokal, cukup mahal. Ini dioperasikan oleh koperasi lokal yang terdiri dari agen pariwisata kota, yang mengumpulkan uang mereka untuk melakukan investasi awal dalam program tersebut. Untuk ekspedisi berikutnya, mereka berencana menyewa kapal pesiar yang akan mengangkut wisatawan.
Untuk memfasilitasi tur tersebut, Hupanda membujuk pemerintah dan pejabat militer agar mencabut larangan pengunjung ke wilayah sengketa di Laut China Selatan. Pembatasan itu sebelumnya dilakukan untuk menghindari ketegangan. Menurut Hupanda, sudah waktunya bagi orang untuk melihat pulau-pulau itu dari sudut pandang yang berbeda.
“Kami berada di berita untuk semua alasan buruk. Ketika Anda melihat Laut Filipina Barat, itu selalu tentang perselisihan,” ujar Hupanda. ”Kami ingin (tur) ini terjadi karena kami ingin semua orang tahu bahwa itu mungkin. Model produk kami berfungsi dan dapat menghasilkan uang. Kami hanya perlu memiliki investasi yang tepat.”
Selama ekspedisi pertama, para peserta tur bertemu dengan kapal Penjaga Pantai China yang membayangi kapal mereka. Mereka juga menerima pesan teks dari penyedia layanan telekomunikasi mereka, menyapa dengan pesan berbunyi ‘Selamat datang di China!’ dan ‘Selamat datang di Vietnam!’ Salah seorang turis bernama Douglas Ebita menyebut itu adalah ‘pengalaman yang menarik’.
Hupanda mengakui bahwa wisatawan tidak bisa menghindari patroli tersebut. Meski demikian, tur telah dikoordinasikan dengan militer Filipina, yang mengidentifikasi ‘pulau teraman’ untuk dikunjungi. Ketegangan Laut China Selatan, pada titik tertentu, memang akan memengaruhi tur. Namun dia juga berharap proyek pariwisata itu akan meredakan ketegangan di daerah tersebut.
Perjalanan berikutnya dijadwalkan pada 29 Mei hingga 4 Juni 2023 mendatang dan 20 slot yang tersedia telah diambil oleh para pelancong dari negara yang jauh seperti Swiss, Australia, dan Prancis. Direncanakan didampingi Penjaga Pantai Filipina, Hupanda mempersilahkan turis asal China jika ingin turut serta. “Kalau kita tidak bisa saling mengerti dalam bahasa politik, mari kita saling mengerti dalam bahasa bisnis,” sambungnya.
Pariwisata adalah urat nadi Provinsi Palawan, rumah bagi pantai pasir putih dan Taman Nasional Sungai Subterranean Puerto Princesa, situs Warisan Dunia UNESCO. Industri ini menghasilkan pendapatan 16 miliar peso pada 2019 lalu, menurut data pemerintah. Kalayaan ingin memasarkan dirinya sebagai ibu kota Palawan, meskipun tur di masa mendatang mungkin mencakup penampakan kapal Penjaga Pantai China.