The Fed Mulai Melunak, Rupiah Berakhir Menguat

Rupiah menguat
Rupiah menguat (Sumber : voi.id)

JAKARTA – Rupiah mampu bertengger di area pada perdagangan Kamis (4/5) sore setelah rapat kebijakan Federal Reserve mengeluarkan nada dovish, melunakkan kebijakan moneter mereka usai mengatrol suku bunga. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda ditutup menguat 7 poin atau 0,05% ke level Rp14.685 per dolar AS.

Mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia juga bergerak lebih tinggi terhadap greenback. Won Korea Selatan menjadi yang paling perkasa setelah melesat 0,84%, disusul baht Thailand yang naik 0,39%, peso Filipina yang bertambah 0,36%, yuan yang meroket 0,30%, ringgit Malaysia yang 0,20%, dolar Singapura yang menguat 0,19%, yen Jepang yang terapresiasi 0,13%, dan rupee India yang plus 0,06%.

Bacaan Lainnya

“Rupiah diproyeksikan menguat pada hari ini, seiring sinyal positif yang diperoleh dari hasil rapat Federal Reserve,” tutur analis senior DCFX, Lukman Leong, pagi tadi, seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Ada pelemahan dolar AS setelah pertemuan FOMC. Selain itu, juga terdapat dukungan berkelanjutan dari permintaan SBN (Surat Berharga Negara) yang kuat.”

Dolar AS memang terpantau tergelincir terhadap sebagian besar mata uang utama pada hari Kamis setelah Federal Reserve membuka pintu untuk jeda dalam siklus pengetatan moneter agresif mereka, meskipun pasar diterpa oleh penghindaran risiko di tengah kekalahan di saham bank regional AS. Mata uang Paman Sam melemah 0,242 poin atau 0,24% ke level 101,101 pada pukul 10.40 WIB.

The Fed pada hari Rabu (3/5) waktu setempat menaikkan suku bunga acuan sebesar seperempat persentase poin, seperti yang diharapkan, tetapi menggarisbawahi bahwa kebijakan kenaikan suku bunga lebih lanjut akan diperlukan. Itu mengirim dolar AS turun secara luas dan imbal hasil Treasury meluncur, dengan para pedagang mengambil komentar sebagai sinyal untuk mencapai puncak suku bunga dan pindah ke penurunan suku bunga akhir tahun ini.

“Bagian yang paling penting dari pernyataan (itu) adalah bagian yang menguraikan prospek kebijakan ke depan, karena FOMC memperlunak bahasanya mengenai perlunya pengetatan moneter tambahan,” terang kepala ekonom di Wells Fargo, Jay Bryson, dilansir Reuters. “Pengetatan tambahan mungkin diperlukan, tetapi FOMC tampaknya tidak akan melakukan pra-komitmen untuk menaikkan suku bunga lagi pada 14 Juni.”

Pasar uang sekarang mengharapkan The Fed untuk mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan berikutnya di Juni, dan memperkirakan penurunan suku bunga sekitar 80 basis poin mulai Juli hingga akhir tahun. Menambah ekspektasi bahwa Fed harus bakal melonggarkan kondisi moneter adalah kekhawatiran akan gejolak sektor perbankan.

Pos terkait