DUBAI – Bos Twitter, Elon Musk, turut menyampaikan keresahannya tentang perkembangan artificial intelligence atau AI, termasuk ChatGPT yang saat ini tengah viral, mengatakan bahwa itu dapat menjadi ancaman terbesar bagi umat manusia. Padahal, Musk sendiri merupakan salah satu pendiri OpenAI, perusahaan yang ada di belakang ChatGPT.
Seperti dilansir dari Tech Times, Musk mengunggah sebuah tweet dengan tautan ke artikel tentang ChatGPT. Dalam posting Twitter-nya, dia mengutip pernyataan yang dibuat oleh ChatGPT tentang AI yang sempurna. Chatbot mengatakan itu sempurna dan diklaim tidak membuat kesalahan. Model AI menambahkan bahwa jika ada kesalahan, itu karena faktor eksternal, seperti masalah server, masukan pengguna, hasil web, atau kegagalan jaringan.
Setelah mengutip pernyataan ChatGPT, Musk membandingkan chatbot dengan AI di ‘System Shock’. Ia menuliskan, ‘kedengarannya seperti AI di System Shock yang menjadi kacau dan membunuh semua orang’. Musk tidak hanya memperingatkan tentang ChatGPT. Dia juga menyerukan hal serupa berkaitan dengan model AI dan teknologi serupa lainnya.
Selama World Government Summit Dubai, Uni Emirat Arab, miliarder itu membuat pernyataan berani. Seperti dilansir CNBC International, dia mengatakan bahwa salah satu risiko terbesar bagi peradaban manusia adalah AI. ”Teknologi ini memang menjanjikan hasil yang luar biasa. Namun, ia juga memiliki bahaya yang besar,” tutur Musk.
Dirinya menggarisbawahi belum adanya aturan untuk mengendalikan perkembangan AI dan dia mendorong untuk ada regulasi yang mengaturnya. Fakta ini berbeda dengan beberapa sektor lain, misalnya mobil, pesawat terbang, hingga obat-obatan yang disebutnya sudah punya standar regulasi terkait keamanan.
“Menurut saya, AI ini punya risiko lebih besar untuk masyarakat dibandingkan mobil atau pesawat atau obat-obatan,” sambung Musk. “(Regulasi) mungkin sedikit memperlambat (perkembangan) AI, tetapi saya pikir itu mungkin juga hal yang baik.”
Musk bukan satu-satunya individu yang berhati-hati tentang penggunaan AI. Banyak kritik juga menentang model ini karena risiko yang ditimbulkannya. Misalnya, gugatan terhadap Stable Diffusion, sebuah aplikasi AI, oleh sejumlah seniman karena diperkirakan akan menimbulkan masalah pelanggaran hak cipta jika pengadilan mendukung argumen penggunaan wajar.
Sementara itu, kehadiran ChatGPT telah menyebabkan pertempuran sengit antara Google, raksasa pencarian internet, dan Microsoft, yang telah berinvestasi di OpenAI dan mengintegrasikan perangkat lunaknya ke dalam browser web Bing-nya. Google membalas ChatGPT dengan alat saingannya sendiri, yang disebut Bard. Perusahaan mengejar ketinggalan, karena investor mempertanyakan apakah ChatGPT akan mengancam dominasinya dalam pencarian web.