JAKARTA – Rupiah tetap bertengger di area hijau pada perdagangan Jumat (5/5) sore setelah siang tadi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal I 2023 dilaporkan mengalami peningkatan dibandingkan kuartal sebelumnya. Menurut catatan Bloomberg Index pukul 14.56 WIB, mata uang Garuda berakhir menguat 7 poin atau 0,05% ke level Rp14.678 per dolar AS.
Siang tadi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa perekonomian Indonesia pada tiga bulan pertama tahun 2023 tumbuh sebesar 5,03% secara tahunan (year-on-year). Capaian ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2022 sebesar 5,01% secara tahunan dan kuartal I 2022 lalu sebesar 5,025% secara tahunan.
“PDB Indonesia atas dasar harga berlaku (ADHB) tercatat sebesar Rp71,75.0 triliun. Sementara, pada dasar harga konstan (ADHK), tercatat sebesar Rp2.961,2 triliun,” terang Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud. “Ini menunjukkan perekonomian Indonesia yang masih stabil. Jika diperhatikan, dari kuartal IV-2021, pertumbuhan terus di atas 5% year-on-year.”
Edy melanjutkan, dari sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 15,93%. Di posisi kedua ada akomodasi, makanan, dan minuman yang tumbuh 11,5%. Pertumbuhan juga terjadi di sektor perdagangan, pertambangan, pertanian, dan konstruksi. “Semua tumbuh positif, jadi kegiatan-kegiatan tersebut kalau dihitung sekitar 65,02% dari PDB kuartal I-2023,” sambungnya.
Dari pasar global, yen Jepang mengincar kenaikan mingguan pertamanya dalam hampir sebulan pada hari Jumat, didorong oleh permintaan aset safe haven karena gejolak sektor bank di AS terungkap, sedangkan dolar AS turun karena pedagang memprediksi penurunan suku bunga yang lebih agresif dari Federal Reserve. Euro, sementara itu, menjauh dari puncak satu tahun baru-baru ini setelah Bank Sentral Eropa (ECB) memperlambat laju kenaikan suku bunga dengan kenaikan 25 basis poin.
“(Christine) Lagarde (Ketua ECB) hawkish dalam konferensi persnya, tetapi saya pikir pasar keuangan tidak benar-benar mempercayai pandangannya tentang kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang,” papar ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong. “Yen perlahan mendapatkan kembali daya tarik status safe haven, dan pasti didukung oleh kekhawatiran tentang bank regional AS.”