Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,31%, Rupiah Tetap Berakhir Melemah

Rupiah melemah (Sumber : www.netralnews.com)

JAKARTA – Rupiah tetap berkubang di zona merah pada perdagangan Senin (6/2) sore meskipun Indonesia sepanjang 2022 dilaporkan solid, di atas 5%, karena dolar AS masih melanjutkan reli. Menurut paparan Bloomberg Index pukul 14.50 WIB, Garuda berakhir melemah 161,5 poin atau 1,08% ke level Rp15.055 per dolar AS.

Sementara itu, mayoritas di kawasan Benua Asia juga terpantau tidak berdaya menghadapi greenback. Won Korea Selatan menjadi yang paling terpuruk setelah melorot 1,34%, diikuti peso Filipina yang anjlok 1,02%, yen Jepang yang terkoreksi 0,3%, baht Thailand yang melemah 0,37%, dan dolar Singapura yang terdepresiasi 0,15%. Sebaliknya, China masih mampu menguat 0,07%, sedangkan dolar Hong Kong bergerak stagnan.

Bacaan Lainnya

Sian tadi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ekonomi Indonesia pada kuartal IV 2022 mengalami pertumbuhan sebesar 5,01% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau year-on-year. Dengan demikian, sepanjang tahun 2022 kemarin, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat berada di level 5,31% secara tahunan.

“Produk domestik bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp5.114,9 triliun. Kemudian, bila dilihat atas dasar harga konstan (ADHK), tercatat Rp2.988,6 triliun,” papar Kepala BPS, Margo Yuwono, dalam siaran YouTube resmi BPS. “ Indonesia solid sepanjang tahun 2022 di tengah ketidakpastian global dan kembali mencapai level 5% seperti sebelum pandemi Covid-19.”

Meski ekonomi Indonesia menguat, tetapi tetap gagal mengatrol nilai tukar rupiah. Pasalnya, dolar AS memperpanjang reli pada awal pekan ini setelah laporan pekerjaan AS yang kuat dapat membuat Federal Reserve tetap dalam nada hawkish yang lebih lama. Paman Sam terpantau menguat 0,115 poin atau 0,11% ke level 103,030 pada pukul 11.32 WIB.

The Fed sebelumnya menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dan mengatakan telah berbelok dalam perang melawan inflasi, mengarahkan investor untuk menentukan harga di jalur yang lebih dovish ke depan. Namun, angka penggajian yang mencolok bersama dengan rebound industri jasa AS pada bulan Januari 2023 memunculkan keraguan bahwa The Fed hampir selesai dengan kebijakan pengetatan moneternya.

“Rupiah bakal melemah tertekan penguatan dolar AS akibat imbal hasil obligasi pemerintah setelah data tenaga kerja nonfarm payrolls AS lebih kuat dari perkiraan,” tutur analis DCFX, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Data tenaga kerja yang kuat ini juga dikhawatirkan dapat menahan inflasi untuk turun lebih cepat.”

Pos terkait