KIEV – Seorang pejabat tinggi Ukraina menuduh pemimpin Rusia, Vladimir Putin, berusaha untuk memperluas konflik di negaranya. Penegasan itu muncul setelah Washington mengatakan bahwa jet tempur Negeri Beruang Merah ‘mencegat’ pesawat tak berawak (drone) milik AS di Laut Hitam, yang akhirnya menyebabkannya jatuh.
“Tujuan dari taktik all-in ini adalah untuk selalu meningkatkan taruhannya,” tandas Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, Oleksiy Danilov. di media sosial. “Insiden dengan MQ-9 Reaper UAV AS, yang diprovokasi oleh Rusia di atas Laut Hitam, adalah cara Putin menandakan kesiapannya untuk memperluas konflik dengan melibatkan pihak lain.”
Militer AS mengatakan bahwa sebuah jet tempur Rusia telah menumpahkan bahan bakar ke drone mereka di atas Laut Hitam dan kemudian bertabrakan dengannya pada hari Selasa (14/3) kemarin, menyebabkan drone itu jatuh. Menurut Komando Eropa AS, dua pesawat tempur Su-27 Rusia mencegat MQ-9 Reaper tak berawak di atas perairan internasional dan satu memotong baling-balingnya.
“Seperti yang saya katakan berulang kali, penting bahwa kekuatan besar menjadi model transparansi dan komunikasi, dan AS akan terus terbang dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkan,” kata Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, kepada wartawan, menanggapi insiden tersebut. “Saya sudah berbicara dengan Menteri Pertahanan Rusia melalui telepon untuk membahas insiden tersebut.”
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, juga mengonfirmasi bahwa atas inisiatif pihak AS, pembicaraan telepon diadakan antara dirinya dan Austin. Meskipun ini menandai pertama kalinya kedua panglima militer berbicara melalui telepon tentang insiden drone, ini sebenarnya bukanlah percakapan pertama mereka sejak perang di Ukraina dimulai. Mereka berbicara untuk pertama kalinya pada Mei 2022, yang pada saat itu menandai tingkat kontak tertinggi antara AS dan Rusia sejak invasi.
Rusia tetap membantah versi AS tentang bagaimana kecelakaan itu terjadi, dengan alasan bahwa pesawat tak berawak itu lepas kendali dan jatuh dengan sendirinya. Meski demikian, Duta Besar Rusia untuk AS meminta Washington untuk menghentikan penerbangan ‘bermusuhan’ di dekat perbatasan negaranya setelah pesawat tak berawak AS ‘dicegat’ oleh pejuang Rusia di atas Laut Hitam.
“Kami berasumsi bahwa AS akan menahan diri dari spekulasi lebih lanjut di media dan menghentikan penerbangan di dekat perbatasan Rusia,” tulis Duta Besar Anatoly Antonov di Telegram. “Kami menganggap tindakan apa pun dengan penggunaan persenjataan AS sebagai tindakan bermusuhan secara terbuka.”
Departemen Luar Negeri AS sendiri telah memanggil Duta Besar Rusia untuk memprotes dan mengatakan kepadanya bahwa Moskow harus lebih berhati-hati saat terbang di wilayah udara internasional. “Pesan yang kami sampaikan adalah bahwa mereka harus lebih berhati-hati dalam terbang di wilayah udara internasional di dekat aset AS yang, sekali lagi, terbang dengan cara yang sepenuhnya legal,” ujar juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby.
Sementara itu, Angkatan Udara Ukraina membela penempatan drone pengintai AS setelah insiden itu. Menurut juru bicara Angkatan Udara Ukraina, Yuri Ihnat, Laut Hitam bukan laut internal Rusia, karena mereka telah menduduki Laut Azov dan menganggapnya milik mereka. “Laut Hitam juga berbatasan dengan negara anggota NATO, termasuk Turki dan Rumania, dan itulah sebabnya drone AS beroperasi di sana berdasarkan hukum,’ katanya.