JAKARTA – Rupiah sukses mempertahankan posisi di teritori hijau pada perdagangan Rabu (29/3) sore meski dolar AS rebound di tengah meredanya kekhawatiran pasar akan masalah di sektor perbankan. Menurut laporan bloomberg Index pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda berakhir menguat 29,5 poin atau 0,20% ke level Rp15.055,5 per dolar AS.
Sementara itu, mata uang di kawasan Benua Asia terpantau bergerak variatif terhadap greenback. Peso Filipina menjadi yang paling terpuruk setelah melorot 0,35%, diikuti yen Jepang yang terkoreksi 0,28%, dan dolar Singapura yang melemah 0,02%. Sebaliknya, ringgit Malaysia mampu menguat 0,17%, won Korea Selatan bertambah 0,13%, dan baht Thailand naik 0,07%.
“Rupiah berpotensi kembali menguat karena pelemahan dolar AS di tengah sentimen risk-on di pasar dengan meredanya kekhawatiran akan masalah di sektor perbankan,” ujar analis senior DCFX, Lukman Leong, pagi tadi, seperti dilansir dari Katadata. “Namun, penguatan rupiah kemungkinan terbatas seiring kenaikan imbal hasil obligasi AS atau US Treasury.”
Dari pasar global, dolar AS berjuang mengembalikan kekuatan pada hari Rabu setelah mengalami kerugian selama dua hari karena pasar keuangan global mendapatkan kembali ukuran stabilitas di tengah harapan krisis perbankan yang meluas dapat dihindari. Mata uang Paman Sam terpantau menguat 0,151 poin atau 0,15% ke level 102,581 pada pukul 10.42 WIB.
Mata uang AS telah kehilangan pijakan karena investor mendapatkan kabar baik dalam perjanjian First Citizens BancShares untuk membeli semua simpanan dan pinjaman Silicon Valley Bank yang gagal, serta komentar semalam oleh Wakil Ketua The Fed, Michael Barr, bahwa masalah Silicon Valley Bank adalah karena manajemen risiko yang ‘mengerikan’, menunjukkan bahwa ini bisa menjadi kasus yang terisolasi. Namun, pedagang tetap sangat sensitif terhadap tanda-tanda keretakan lebih lanjut dalam sistem perbankan.
“Masalah di bank-bank AS akan tetap menjadi pengaruh dominan terhadap dolar AS dalam waktu dekat,” terang ahli strategi di Commonwealth Bank of australia, Joseph Capurso, seperti dikutip dari Reuters. “Data mingguan tentang arus pasar uang yang akan dirilis nanti menjadi penting karena kemungkinan besar akan menyoroti pergeseran simpanan dari bank-bank kecil AS ke bank-bank besar.”