JAKARTA – Setelah bergerak fluktuatif, rupiah harus menerima nasib terdampar di teritori merah pada perdagangan Senin (12/9) sore ketika dolar AS terjun bebas jelang pengumuman data inflasi Negeri Paman Sam. Menurut laporan bloomberg Index pada pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda berakhir melemah 12 poin atau 0,08% ke level Rp14.842 per dolar AS.
Sementara itu, mata uang di kawasan Benua Asia terpantau bergerak variatif terhadap greenback. won Korea Selatan menjadi yang paling terpuruk setelah terkoreksi 0,15%,diikuti baht Thailand yang melemah 0,13%, yen Jepang yang turun 0,11%, dan peso Filipina yang terdepresiasi 0,07%. Sebaliknya, yuan China mampu menguat tajam 0,45%, sedangkan dolar Singapura naik 0,11%.
“Dolar AS terlihat masih berkonsolidasi terhadap nilai tukar mata uang lainnya menjelang pengumuman kenaikan suku bunga The Fed pada pekan depan,” tutur Analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, seperti dikutip dari CNN indonesia. “Dari dalam negeri, ekspektasi lonjakan inflasi karena kenaikan harga BBM subsidi juga memicu ekspektasi Bank Indonesia akan kembali menaikkan suku bunga acuan mereka.”
Dari pasar global, dolar AS terpantau bergerak turun pada hari Senin, tidak jauh dari level terendah dua minggu, menjelang pengumuman data inflasi inti AS pada pekan ini, yang mungkin bisa memberi pertimbangan bagi Federal Reserve untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga. Mata uang Paman Sam melemah tajam 1,049 poin atau 0,96% ke level 107,954 pada pukul 14.56 WIB.
Investor bersikap hati-hati menjelang laporan IHK (indeks harga konsumen) AS pada hari Selasa (13/9) waktu setempat, bahkan ketika pejabat The Fed melanjutkan retorika hawkish mereka akhir pekan kemarin menjelang Federal Open Market Committee (FOMC). Gubernur The Fed, Christopher Waller, mengatakan dia mendukung peningkatan signifikan pada pertemuan berikutnya, sedangkan Presiden The Fed St. Louis, James Bullard, mengulangi seruannya untuk kenaikan 75 basis poin.
“Para pejabat telah dengan jelas mengartikulasikan perlunya FOMC untuk terus menaikkan suku bunga acuan sampai ada bukti kuat bahwa inflasi turun,” tulis ahli strategi Commonwealth Bank of australia, Joseph Capurso, seperti dilansir dari Reuters. “Terlepas dari hasil laporan IHK, kami menilai FOMC memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, yang berarti lebih banyak sisi positif untuk dolar AS dalam jangka pendek dan menengah.”