Selasa Pagi, Rupiah Tetap Melemah Meski Data Ekonomi Positif

Rupiah - www.idntimes.com
Rupiah - www.idntimes.com

JAKARTA – Rupiah semakin tenggelam di zona merah pada perdagangan Selasa (4/1) pagi meskipun data ekonomi dalam negeri yang baru dirilis cukup positif. Menurut laporan Index pukul 09.07 WIB, mata uang Garuda melemah 28 poin atau 0,20% ke level Rp14.293,5 per dolar AS. Sebelumnya, spot sudah ditutup terdepresiasi tipis 3 poin atau 0,02% di posisi Rp14.265,5 per dolar AS pada transaksi Senin (3/1).

Bacaan Lainnya

Pelemahan yang dialami mata uang domestik terjadi ketika Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia Desember 2021 menunjukkan inflasi sebesar 0,57%. Menurut tim riset , dolar AS mengalami penguatan karena rencana pemangkasan stimulus atau tapering dan suku bunga The Fed, meskipun rilis data ekonomi Indonesia cukup positif.

“Federal Reserve telah menjalankan tapering untuk memangkas stimulus yang berjalan dan berencana akan mengakhirinya di pertengahan 2022 ini, serta bersiap menaikkan suku bunga acuan,” ujar Monex Investindo Futures, dilansir dari Bisnis. “Langkah itu dipandang perlu di tengah ancaman tingginya inflasi AS yang akan menekan daya beli masyarakat yang baru kembali tertopang setelah wabah Covid-19.”

Hampir senada, analis DC Futures, Lukman Leong, mengatakan bahwa transaksi perdagangan nilai tukar cenderung sepi pada awal pekan kemarin. Alhasil, pergerakan rupiah lebih banyak dipengaruhi oleh dolar AS yang bergerak menguat di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga. “Kenaikan inflasi yang tinggi memang berpotensi memicu kenaikan tingkat suku bunga,” tutur Lukman, dikutip dari Kontan.

Untuk perdagangan hari ini, Senior Economist Samuel , Fikri C. Permana, memperkirakan rupiah berpeluang menguat secara terbatas. Sentimen penyokong datang dari data purchasing managers’ index (PMI) Indonesia periode Desember 2021 yang tercatat di posisi 53,5 atau masih berada di level ekspansif.

“Posisi tersebut masih berada di zona ekspansif meski turun dari bulan sebelumnya yang ada di 53,9. Data ini bisa memberi katalis positif bagi rupiah,” ujar Fikri. “Selain itu, meski timbul kekhawatiran atas naiknya inflasi di Desember yang sebesar 0,57% secara month-to-month, di satu sisi inflasi menunjukkan daya beli di dalam negeri mulai meningkat. Pelaku pasar pun berpotensi merespon positif inflasi tersebut.”

Pos terkait