Data Ekonomi AS Solid, Rupiah Melemah pada Senin Sore

Rupiah - (Sumber : stiebp.ac.id)
Rupiah - (Sumber : stiebp.ac.id)

JAKARTA – Rupiah harus menerima nasib terkapar di area merah pada perdagangan Senin (29/5) sore setelah data ekonomi AS yang solid meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda ditutup melemah 17 poin atau 0,11% ke level Rp14.972 per AS.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, mata uang di Benua Asia terpantau bergerak variatif terhadap greenback. Baht Thailand dan ringgit Malaysia menjadi yang paling terpukul setelah sama-sama terkoreksi 0,27%, sedangkan Filipina melemah 0,26% dan yuan China turun 0,11%. Sebaliknya, rupee India mampu menguat 0,20%, disusul won Korea Selatan yang bertambah 0,14% dan dolar yang naik 0,06%.

“Rupiah akan melemah hari ini, dengan data ekonomi hingga kesepakatan kenaikan plafon utang AS menjadi sentimen yang membayangi,” ujar analis senior DCFX, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Rupiah diperkirakan tertekan data inflasi price consumption expenditure (PCE) AS, tetapi kesepakatan sementara debt ceiling AS memicu sentimen risk-on di pasar, menahan pelemahan yang lebih besar.”

Dari pasar global, dolar AS sedikit terpeleset terhadap mata uang utama pada hari Senin ketika ketahanan ekonomi di AS meningkatkan ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve, sedangkan berita bahwa kesepakatan plafon utang telah diselesaikan memicu beberapa sentimen risiko. Mata uang Paman Sam terpantau melemah tipis 0,008 poin atau 0,01% saja ke level 104,198 pada pukul 11.01 WIB.

Data yang dirilis pada hari (26/5) waktu setempat menunjukkan bahwa belanja konsumen AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada April 2023 dan inflasi meningkat, menambah tanda-tanda ekonomi yang masih tangguh. Data yang solid tersebut mengatrol imbal hasil Treasury AS, dengan imbal hasil 2-tahun naik lebih dari 10 basis poin menuju 4,639%.

“Apakah dolar AS menopang reli yang kita lihat? Saya pikir itu akan tergantung, terutama pada data upah atau pendapatan rata-rata dalam laporan gaji hari Jumat, dan jelas kita juga memiliki CPI sebelum (rapat) The Fed,” ppar kepala strategi FX di National Australia (NAB), Ray Attrill, dilansir dari Reuters. “Masih banyak data yang akan dirilis sebelum kita sampai ke pertemuan bulan Juni.”

Sentimen risiko di Asia didukung oleh berita terbaru bahwa , Joe Biden, telah menyelesaikan kesepakatan anggaran dengan Ketua DPR AS, Kevin McCarthy, untuk menangguhkan plafon utang 31,4 triliun dolar AS hingga 1 Januari 2025. Biden mengatakan pada hari Minggu (28/5) bahwa kesepakatan itu siap dibawa ke Kongres AS untuk pemungutan suara.

Pos terkait