JAKARTA – Rupiah ternyata mampu bangkit dari zona merah pada perdagangan Jumat (6/10) sore meskipun cadangan devisa Indonesia bulan September 2023 dilaporkan mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Menurut paparan Bloomberg Index pukul 14.58 WIB, mata uang Garuda ditutup menguat 5,5 poin atau 0,04% ke level Rp15.612,5 per dolar AS.
Sementara itu, mata uang di kawasan Benua Asia terpantau bergerak variatif terhadap greenback. Yuan China menjadi yang paling perkasa setelah menguat 0,19%, diikuti won korea Selatan yang bertambah 0,13%, ringgit Malaysia yang naik 0,12%, peso Filipina yang terkatrol 0,09%, dan yen Jepang yang plus 0,01%. Sebaliknya, dolar Singapura harus terkoreksi 0,07%, sedangkan bah thailand melemah 0,03%.
“Rupiah kemungkinan akan bergerak datar dengan kecenderungan melemah terbatas pada har ini,” tutur pengamat pasar uang, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Investor mengantisipasi data cadangan Indonesia yang diperkirakan akan mengalami penurunan, sedangkan dari eksternal menunggu data nonfarm payrolls AS malam nanti.”
Dalam laporannya siang tadi, Bank Indonesia mengumumkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2023 tercatat sebesar 134,9 miliar dolar AS atau turun 2,2 miliar dolar AS dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan tersebut dipengaruhi pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Meski turun, Bank Indonesia menilai cadangan devisa itu mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Dari pasar global, dolar AS bergerak tipis pada hari Jumat, tetapi sebagian besar pedagang tetap absen baik di pasar mata uang maupun pasar Treasury AS karena mereka menantikan data nonfarm payrolls AS hari ini sebagai katalis potensial untuk suku bunga Federal Reserve. Mata uang Paman Sam terpantau menguat 0,07 poin atau 0,07% ke level 106,404 pada pukul 10.07 WIB.
Laporan ketenagakerjaan yang diawasi ketat akan diumumkan setelah serangkaian data ekonomi AS yang kuat memperkuat pesan hawkish Federal Reserve mengenai suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, membuat greenback dan imbal hasil Treasury AS melonjak. Sudah menguat sejak awal pekan, dolar AS tetap berada pada jalur kenaikan 12 minggu berturut-turut.
“Ada elemen di sini untuk mengambil pertimbangan menjelang rilis data yang sangat penting.” Ulas ahli strategis valas senior di National Australia Bank, Rodrigo Catril. “Kita harus sadar bahwa saat ini, imbal hasil Treasury AS dan dolar AS khususnya, sangat reaktif terhadap rilis data yang positif yang datang dari AS, sehingga ada potensi peningkatan pada malam nanti.”