Cadangan Devisa Cuma Naik Tipis, Rupiah Berakhir Melemah

Rupiah - bisnis.com
Rupiah - bisnis.com

JAKARTA – Rupiah gagal mempertahankan di zona hijau pada Kamis (7/7) sore setelah cadangan devisa Indonesia Juni 2022 dilaporkan hanya mengalami kenaikan . Menurut data Bloomberg Index pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda ditutup melemah 2,5 poin atau 0,02% ke level Rp15.001,5 per dolar AS.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, mata uang di Benua Asia terpantau bergerak variatif terhadap greenback. Yen Jepang menjadi yang paling perkasa setelah naik 0,21%, diikuti dolar Singapura yang menguat tipis 0,06%. Sebaliknya, peso Filipina harus melorot 0,23%, sedangkan baht Thailand melemah 0,12% dan yuan China terdepresiasi tipis 0,04%.

Siang tadi, Bank Indonesia melaporkan bahwa cadangan devisa Juni 2022 tercatat sebesar 136,4 miliar dolar AS, naik 0,8 miliar dolar AS dari bulan sebelumnya yang tercatat 135,6 miliar dolar AS. Kenaikan cadangan devisa dipengaruhi global bond pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Sebelumnya, analis DCFX, Lukman Leong, seperti dikutip dari CNN Indonesia, memprediksi mata uang Garuda akan lanjut tertekan pada perdagangan hari ini. Pasalnya, The Fed dalam risalah terbarunya melemparkan sinyal akan menaikkan suku bunga acuan pada rapat kebijakan mendatang. “Rupiah diperkirakan kembali tertekan setelah The Fed menegaskan kembali komitmen menurunkan inflasi dengan kenaikan suku bunga,” tutur Lukman.

Dari pasar global, euro melayang di dekat level terendah dua dekade terhadap dolar AS pada hari Kamis karena kesengsaraan energi Eropa membayangi prospek ekonomi. Euro hampir datar di posisi 1,01845 terhadap greenback setelah tenggelam serendah 1,01615 per dolar AS pada hari Rabu (6/7). Setali tiga uang, dolar AS harus turun dari posisi tertinggi 20 tahun, melemah 0,242 poin atau 0,23% ke level 106,854 pada pukul 10.26 WIB.

“Risiko resesi AS secara berkala akan melemahkan greenback, tetapi tekanan energi Eropa adalah ancaman yang lebih besar terhadap prospek pertumbuhan Benua Biru,” tulis ahli strategi Westpac dalam catatan klien, seperti dilansir dari Reuters. “Tren naik jangka menengah dolar AS yang lebih luas kemungkinan akan bertahan beberapa saat, dengan ruang untuk pelonggaran lebih lanjut dari harga untuk pengetatan kebijakan ECB ( Eropa).”

Pos terkait