JAKARTA – Rupiah harus berbalik ke zona merah pada perdagangan Selasa (7/3) pagi menjelang pengumuman data cadangan devisa Indonesia. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 09.08 WIB, mata uang Garuda melemah 63 poin atau 0,41% ke level Rp15.358 per dolar AS. Sebelumnya, spot berakhir menguat 16 poin atau 0,10% di posisi Rp15.295 per dolar AS pada transaksi Senin (6/3) sore.
Selain mata uang Garuda, sejumlah kurs di Benua Asia juga terpantau berada di zona hijau pada hari kemarin. Won Korea Selatan menjadi yang paling perkasa setelah menguat 0,35%, disusul rupee india yang terapresiasi 0,33%, baht Thailand yang bertambah 0,28%, dolar Taiwan yang naik 0,15%, dan ringgit Malaysia yang terkatrol 0,08%. Namun, yuan China, peso Filipina, dolar Singapura, dan yen Jepang harus bergerak lebih rendah.
“Rupiah menguat di tengah sentimen risk on di pasar, setelah dolar AS dan imbal hasil obligasi AS yang kembali turun seiring statement dovish The Fed,” tutur analis senior DCFX, Lukman Leong, dilansir dari Katadata. “Namun, penguatan rupiah masih terbatas karena pasar cenderung wait and see menantikan pengumuman data cadangan devisa.”
Data cadangan devisa Indonesia menurut rencana akan diumumkan pada hari ini. Sejumlah ekonom memperkirakan cadangan devisa Februari 2023 berada di angka 139 miliar dolar AS atau turun tipis dari posisi Januari 2023 yang sebesar 139,4 miliar dolar AS. Posisi Januari sendiri lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 137,2 miliar dolar AS.
Selain data cadangan devisa domestik, pelaku pasar juga menantikan testimoni Ketua The Fed, Jerome Powell, untuk memperoleh kepastian terhadap arah kebijakan bank sentral AS ke depan dan data pasar tenaga kerja AS. Nonfarm payroll AS pada Februari 2023 diprediksi sebesar 200.000, sedangkan tingkat pengangguran diperkirakan masih flat di level 3,4%. “Perkembangan indikator ekonomi AS masih mendukung kebijakan The Fed,” tutur analis pasar uang Bank mandiri, Reny Eka Putri, dikutip dari Antara.
Hampir senada, Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin, memaparkan bahwa rupiah mencatatkan penguatan terbatas pada awal pekan ini. Pasalnya, pelemahan dolar AS sepertinya sebatas tentatif atau masih bisa berubah dalam waktu dekat. “Investor akan mencari petunjuk baru arah kebijakan moneter terkini dengan pertimbangan data terbaru, yakni ketenagakerjaan dan inflasi,” kata Nanang, disalin dari Kontan.