JAKARTA – Rupiah tetap tertahan di area merah pada perdagangan Rabu (7/7) sore jelang risalah The Fed, meskipun cadangan devisa Indonesia pada bulan Juni 2021 dilaporkan sedikit naik dari bulan sebelumnya. Menurut catatan Bloomberg Index pada pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda berakhir melemah 13 poin atau 0,09% ke level Rp14.483 per dolar AS.
Sementara itu, mayoritas mata uang Asia juga terpantau tidak berdaya melawan greenback. Won Korea Selatan menjadi yang terpuruk setelah anjlok 0,56%, diikuti peso Filipina yang terkoreksi 0,55%, rupee India yang terdepresiasi 0,32%, dan dolar Taiwan yang turun 0,20%. Sebaliknya, yen Jepang mampu menguat 0,17%, sedangkan yuan China naik tipis 0,06%.
Siang tadi, Bank Indonesia melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2021 tercatat sebesar 1371, miliar dolar AS, meningkat 0,7 miliar dolar AS dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 136,4 miliar dolar AS. Peningkatan posisi cadangan devisa pada Juni 2021 antara lain dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa.
“Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,2 bulan impor atau 8,8 bulan impor. Selain itu, posisi cadangan devisa akhir Juni juga setara dengan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” papar Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, dilansir dari CNN Indonesia. “Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.”
Sayangnya, laporan tersebut belum bisa mengatrol rupiah ke area positif, bahkan ketika indeks dolar AS terpantau bergerak sedikit lebih rendah saat investor menantikan rilis risalah dari pertemuan penting Federal Reserve pada Juni kemarin. Mata uang Paman Sam terpantau melemah tipis 0,026 poin atau 0,03% ke level 92,520 pada pukul 11.26 WIB.
“Banyak orang tampaknya berpikir The Fed akan memberikan petunjuk tentang tapering pada bulan Agustus, dan akan mengatakan pada bulan September bahwa itu dipertimbangkan dan akan dilaksanakan pada bulan Desember. Namun, saya yakin The Fed bisa bergerak lebih awal dari jadwal itu,” kata kepala strategi di Sumitomo Mitsui Bank, Daisuke Uno, dilansir Reuters. “Poin pentingnya adalah, The Fed sudah menaikkan perkiraan inflasi mereka.”