KOTA MALANG – Tak hanya murai dan kenari, burung merpati hias saat ini juga mulai dilirik untuk dibudidayakan. Di Kota Malang misalnya, M. Kusholikhudin termasuk salah satu pembudidaya merpati hias sejak tahun 2019 lalu. Berhasil membudidayakan merpati hias asal Turki, ia mengaku mampu meraup omzet jutaan rupiah.
Bagi sebagian orang, merpati hias memiliki sejumlah keistimewaan, seperti bentuk dan coraknya. Udin, sapaan akrabnya, pun mencintai merpati hias sejak kuliah. Ia sering mengikuti kontes merpati hias dan mulai membudidayakannya di halaman rumahnya, tepatnya di Jl. Satsui Tubun IV No. 19, Kota Malang.
“Awal kuliah sudah senang memelihara merpati hias. Waktu itu, semua jenisnya saya beli di Pasar Splendid,” kata Udin. “Sempat vakum lima tahun, saya mendengar ada kontes merpati hias dan saya tertarik lagi, lantas ikut mendatangkan burung berkualitas.”
Awal mula membudidayakan merpati hias, Udin membeli empat jenis burung impor yang didatangkan langsung dari Jakarta. Dia fokus mengembangbiakkan merpati hias jenis Bluenete asal Turki, German Nun asal Jerman, Old Dutch Capucine asal Belanda, dan Peligiser asal Hongaria. Setelah tiga tahun menekuni budidaya merpati hias, dia pun sukses menjual puluhan merpati miliknya.
“Sebelumnya, saya membeli merpati hias impor anakan sepasang seharga Rp1 juta sampai Rp5 juta dari Jakarta,” terangnya. “Saya menggunakan sistem babuan agar merpati lebih cepat bertelur.”
Setelah bertelur dan menetas, anakan usia 1 bulan dipisah dan dilolo sendiri agar indukan bisa berkembang biak kembali. Anakan merpati yang sudah bisa makan sendiri kemudian ditempatkan di kandang umbaran. Meski sudah bisa makan, merpati baru bisa diketahui jenisnya (jantan atau betina) setelah usia 6-7 bulan. Merpati tersebut kemudian dimasukkan ke kandang indukan untuk dikawinkan.
Apabila ada merpati hias yang sakit, Udin dengan sigap memindahkannya ke kandang khusus agar tidak mudah menular. Menurutnya, hal penting yang harus diperhatikan dalam perawatan merpati hias adalah jenis pakan yang diberikan dan kebersihan kandang, “Untuk pakan, saya biasanya memberikan jagung, konsentrat, dan breed, ditambah vitamin,” ujarnya.
Saat ini, Udin memiliki 75 ekor merpati hias yang sebagian sudah laku terjual. Pemasaran merpati hias miliknya dilakukan lewat media sosial dan komunitas. Lokasi pemasaran sudah merata di berbagai wilayah seperti Kediri, Kertosono, Pasuruan, Surabaya, Madura, hingga Solo. “Sementara ini belum bisa menjual ke luar Jawa karena terkendala transportasi,” tuturnya.
Merpati hias usia 2 sampai 3 bulan sudah bisa dijual dengan harga mulai Rp450 ribu hingga Rp15 juta per ekor. Merpati hias paling mahal adalah jenis kontes karena memiliki bentuk unik dengan kualitas dan spesifikasi tertentu seperti seringnya menang kontes. “Saya tidak menjual merpati hias di pasar burung karena harga merpati hias kontes itu lebih mahal dibandingkan merpati hias lainnya,” pungkasnya.