BI Tahan Suku Bunga, Rupiah Berakhir Melemah

Rupiah melemah
Rupiah melemah (Sumber : indoposco.id)

JAKARTA – Rupiah tetap berakhir di zona merah pada Kamis (16/3) sore meskipun Rapat Dewan Gubernur (RDG) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda ditutup melemah 7,5 poin atau 0,05% ke level Rp15.389 per dolar AS.

Dalam rapat yang berakhir siang tadi, Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate pada level 5,75% di tengah gonjang ganjing global yang semakin memanas. Sebelumnya, sejumlah ekonom memang telah memperkirakan bahwa bank sentral belum akan menaikkan suku bunga acuannya.

Bacaan Lainnya

“Rapat Dewan Gubernur pada 15-16 Maret 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 5,75%,” kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. “Keputusan ini tetap konsisten dengan stance kebijakan moneter preemptive dan forward looking untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan.”

Sayangnya, hasil RDG tersebut gagal mengatrol nilai tukar rupiah lantaran mata uang safe haven seperti yen sedang dalam penawaran beli, di tengah kekhawatiran baru akan krisis perbankan global, dengan guncangan Silicon Valley Bank yang berbasis di AS menyebar melintasi Atlantik ke Credit Suisse. Mata uang Negeri Sakura terpantau menguat 0,49 poin atau 0,37% ke level 132,930 terhadap greenback, sedangkan melemah 0,19 poin atau 0,18% ke posisi 104,453 pada pukul 12.27 WIB.

Pukulan terhadap kepercayaan investor kembali datang di sektor keuangan, saat saham Credit Suisse pada hari Rabu (15/3) anjlok sebanyak 30% setelah pemegang saham terbesarnya mengatakan tidak dapat memberikan dukungan lebih lanjut kepada bank tersebut. Kejatuhan sahamnya mendorong Swiss National Bank untuk memberikan bantuan keuangan kepada pemberi pinjaman, dan Credit Suisse bermaksud untuk meminjam hingga 50 miliar franc Swiss.

Muncul kekhawatiran bahwa tekanan baru-baru ini yang terjadi di seluruh bank di AS dan Eropa bisa menjadi pertanda krisis sistemik yang meluas dan menjadi perhatian utama para pedagang. Itu membuat mereka berbondong-bondong ke aset seperti yen Jepang, yang dianggap sebagai taruhan yang lebih aman di saat terjadi gejolak, menjaga mata uang tersebut tetap kuat pada hari Kamis.

“Kita mendapat baru di sektor perbankan Eropa dan hal-hal masih sangat cair untuk saat ini,” kata ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia (CBA), Carol Kong, dilansir dari Reuters. “Mengingat meningkatnya ketidakpastian dan kekhawatiran tentang kondisi keuangan yang lebih luas, serta yen akan menjadi penerima manfaat utama karena permintaan safe haven.”

Pos terkait