BI dan The Fed Kompak Tahan Suku Bunga, Rupiah Berakhir Menguat

Rupiah - (Sumber : sindonews.com)
Rupiah - (Sumber : sindonews.com)

Rupiah ternyata mampu bangkit ke zona hijau pada perdagangan Kamis (21/9) sore setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk menahan suku bunga acuan, meniru langkah . Menurut laporan Index pukul 14.54 WIB, mata uang Garuda berakhir 6,5 poin atau 0,04% ke level Rp15.375 per dolar AS. 

Sementara itu, mata uang di kawasan Benua Asia terpantau bergerak variatif terhadap greenback. China menjadi yang paling perkasa setelah menguat 0,12%, diikuti dolar Hong Kong yang bertambah 0,04%, dan baht yang naik tipis 0,01%. Sebaliknya, peso Filipina harus anjlok 0,34%, disusul won yang terkoreksi 0,12%, yen Jepang yang melemah 0,05%, dan dolar Singapura yang turun 0,02%.

Bacaan Lainnya

Dalam rapat yang selesai siang tadi, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate di level 5,75%, Dengan demikian, suku bunga Deposit Facility sebesar 5% dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 6,5%, Bank sentral terakhir kali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Januari lalu. “Keputusan ini dilakukan karena Bank Indonesia tetap konsisten dengan stance kebijakan moneter preemptive dan forward looking,” ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. 

Sebelumnya, Federal Reserve memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%. Pasar sudah memperhitungkan tidak adanya pergerakan pada pertemuan kali ini, dengan suku bunga tetap di posisi tertinggi dalam 22 tahun terakhir. Meski demikian, para pembuat kebijakan mengindikasikan mungkin masih ada satu kenaikan lagi sebelum akhir tahun dan penurunan yang lebih sedikit dibandingkan pada tahun depan.

“Kami berada dalam posisi untuk mengambil langkah hati-hati dalam menentukan sejauh mana kebijakan tambahan,” kata Ketua The Fed, Jerome Powell. “Kami ingin melihat bukti yang meyakinkan bahwa kami telah mencapai tingkat yang sesuai, dan kami melihat kemajuan dan menyambut baik hal tersebut. Namun, tahukah Anda, kita perlu melihat lebih banyak kemajuan sebelum mencapai kesimpulan itu.”

Ekonom Citigroup, Andrew Hollenhorst, berpendapat bahwa Federal Reserve telah mengirimkan sinyal yang sangat hawkish mengenai kenaikan suku bunga dalam jangka panjang. Bank sentral AS memproyeksikan inflasi akan terus menurun, sedangkan pasar tenaga kerja secara historis masih ketat. “Namun, dalam pandangan kami, ketidakseimbangan yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja kemungkinan besar akan membuat inflasi ‘terjebak’ di atas target,” ujar dia.

Pos terkait