Tuban – Semakin ketatnya persaingan global menyusul diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir tahun ini tampak tak terhindarkan lagi oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Berbagai upaya termasuk peningkatan mutu dan kualitas produk menjadi agenda utama untuk tetap bertahan di pasar.
“Siap atau tidak, Indonesia sudah menjadi bagian dari kesepakatan MEA. Untuk itu, perlu ada peningkatan mutu dan kualitas produk usaha dalam negeri agar mampu bersaing dengan produk luar,” terang Farid Achmadi, Kepala Dinas Perekonomian dan Pariwisata (Disperpar) Kabupaten Tuban di ruang kerjanya, Rabu (2/12).
Tak hanya bertumpu pada produk, Fardi menambahkan tentang pentingnya peranan komunitas untuk saling membantu. “Dalam menghadapi pasar gobal, perlu ada strategi yang dimiliki pelaku usaha kecil mikro dan menengah. (Usaha tsb.) salah satunya adalah (dengan) penguatan komunitas. Minimal agar seluruh komponen usah di dalamnya berjalan. Maksudnya, jika satu pelaku usaha tidak mampu mengisi pasar dapat diisi oleh pengusaha lain dalam satu komunitas,” tambahnya.
Masih membahas seputar dukungan pada pelaku UMKM, Dwi Suharyanto selaku Kepala OJK Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara menyatakan bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bakal mendorong Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) untuk menyalurkan pembiayaan atau kredit ke sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Langkah ini diharapkan mampu menjadi sarana pengembang UMKM ke depannya. “Dengan adanya beberapa kebijakan baru diharapkan LPEI dapat melakukan pembiayaan kepada segmen UMKM, sehingga dapat membantu program pemerintah dalam mengakselerasi pengembangan UMKM,” ujarnya dalam kutipan Antara di Manado, kemarin (2/12).