JAKARTA – rupiah harus terkubur di zona merah pada perdagangan Selasa (6/12) sore setelah data aktivitas industri jasa di AS secara tidak terduga meningkat, memicu taruhan The Fed akan mempertimbangkan suku bunga tinggi. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 14.58 WIB, mata uang Garuda berakhir melemah tajam 155 poin atau 1% ke level Rp15.617,5 per dolar as.
Mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia juga terpantau tidak berdaya menghadapi greenback. won Korea Selatan menjadi yang paling terpuruk setelah terjun 0,85%, diikuti rupee India yang melemah 0,59%, yuan China yang terkoreksi 0,07%, dan dolar Hong Kong yang turun tipis 0,01%. Sebaliknya, dolar Singapura masih mampu menguat 0,21%, sedangkan yen Jepang bertambah 0,12%.
“Rupiah bakal melemah pada perdagangan hari ini karena pasar masih belum yakin dengan tren pelemahan dolar AS dan ingin melihat data-data ekonomi lebih lanjut, terutama sikap The Fed,” tutur analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Rilis data ekonomi AS semalam juga lebih bagus dari perkiraan, mengindikasikan perekonomian AS masih kuat dan bisa menjadi pertimbangan The Fed mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi.”
Aktivitas industri jasa AS secara tak terduga dilaporkan meningkat pada bulan November 2022, dengan ketenagakerjaan pulih kembali, menawarkan lebih banyak bukti tentang momentum yang mendasari ekonomi untuk bersiap menghadapi resesi yang diantisipasi tahun depan. Survei dari Institute for Supply Management (ISM) pada hari Senin (5/12) menunjukkan PMI non-manufaktur AS meningkat menjadi 56,5 pada bulan lalu dibandingkan 54,4 pada Oktober 2022.
Survei dari ISM mengikuti laporan pada Jumat (2/12) lalu bahwa ekonomi terus menciptakan lapangan kerja pada klip yang solid di bulan November 2022, dengan percepatan pertumbuhan upah. Pengeluaran konsumen juga meningkat kuat di bulan Oktober 2022. “Kami melihat secara keseluruhan layanan ISM yang masih kuat sebagai indikator aktivitas riil yang lebih baik daripada PMI S&P yang jauh lebih rendah,” kata ekonom di Citi di New York, Veronica Clark, dilansir dari Reuters.
Dari pasar global, dolar AS mencoba defensif terhadap mata uang utama pada hari Selasa, mengikuti reli terbesarnya dalam dua minggu setelah data aktivitas jasa yang kuat di AS memicu taruhan bahwa Federal Reserve dapat menaikkan suku bunga lebih dari yang diproyeksikan baru-baru ini. Mata uang Paman Sam terpantau melemah tipis 0,072 poin atau 0,07% ke level 105,217 pada pukul 10.39 WIB.