Abaikan Omicron, Rupiah Berbalik Menguat di Akhir Transaksi

Rupiah - www.akseleran.co.id
Rupiah - www.akseleran.co.id

JAKARTA – Di tengah situasi pasar yang bergejolak lantaran ditemukannya varian baru Covid-19 yang dinamakan , ternyata rupiah mampu bangkit pada perdagangan Senin (29/11) sore dan berakhir di zona hijau. Menurut laporan Bloomberg Index pada pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda ditutup menguat 38,5 poin atau 0,27% ke Rp14.319 per dolar AS.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Benua juga sanggup mengangkangi greenback. Dolar Singapura menjadi yang paling perkasa setelah terdongkrak 0,13%, diikuti yuan China dan peso Filipina yang sama-sama menguat 0,12%, dan won Korea Selatan yang naik tipis 0,03%. Sebaliknya, dolar Hong Kong bergerak stagnan, sedangkan baht Thailand harus melemah 0,27%.

“Rupiah akan bergerak pada kisaran Rp14.300 hingga Rp14.370 per dolar AS pada hari ini, karena terpengaruh kekhawatiran pasar terhadap kemunculan varian baru Covid-19, Omicron,” tutur pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, pagi tadi seperti dilansir dari CNN Indonesia. “Di dalam negeri, rupiah masih dipengaruhi dinamika pro-kontra UU Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja usai putusan MK (Mahkamah Konstitusi).”

Dari pasar global, mata uang bergerak relatif tenang pada hari Senin setelah kejutan awal dari penemuan varian corona, Omicron, membuat investor bergegas mencari perlindungan. Namun, analis memperingatkan akan lebih banyak volatilitas dengan sedikit yang masih diketahui tentang jenis baru. yang sensitif terhadap risiko terpantau naik 0,37% terhadap greenback, demikian pula dolar Kanada yang rebound 0,57%.

Seperti dilansir dari Reuters, varian baru Covid-19 yang dinamakan Omicron terdeteksi di Afrika Selatan pada minggu lalu, dan -negara di seluruh dunia dengan cepat memperketat kontrol perbatasan, karena varian itu dikatakan bisa resisten terhadap vaksin saat ini. Terlepas dari responnya, Omicron telah terdeteksi di beberapa tempat, termasuk Australia, Inggris, Kanada, Jerman, dan Hong Kong.

Ahli strategi senior FX di National Australia Bank, Rodrigo Catril, mengatakan bahwa saat ini volatilitas pasar kemungkinan akan tetap tinggi karena pasar telah dipaksa untuk menilai kembali prospek pertumbuhan global sampai kita tahu lebih banyak tentang varian baru. “Kami memperkirakan mata uang akan bergejolak sepanjang pekan ini,” timpal ahli strategi di Commonwealth Bank of Australia, Joseph Capurso.

Pos terkait