Pendidikan sejarah kolonisasi di Prancis menjadi masalah serius. Hal ini terlihat dari sebuah kartu siswa yang baru-baru ini dibagikan kepada siswa kelas 6 di sebuah sekolah dasar dekat Paris. Kartu tersebut menjelaskan tentang penaklukan kolonial Prancis dengan berbagai dampaknya.
Kartu revisi itu mencatat bahwa penaklukan ini memiliki konsekuensi negatif, seperti "kemiskinan penduduk asli" dan "eksploitasi sumber daya untuk keuntungan Eropa". Namun, kartu tersebut juga mencantumkan efek positif, seperti "pembangunan sekolah, jalan, dan jembatan" yang dihasilkan dari kolonisasi.
Dokumen itu mengandung ide tentang "misi peradaban", yang merupakan istilah yang sering digunakan dalam propaganda kolonial Prancis pada masa Republik Ketiga, yaitu periode antara tahun 1870 hingga 1940. Penjelasan tersebut menyebutkan bahwa Prancis menaklukkan wilayah di Afrika dan Asia pada abad ke-19 untuk "menyebarkan peradaban Eropa" dan "menyebarkan agama Kristen".
Meskipun kartu revisi itu mengakui penggunaan kekerasan, perbudakan, dan marginalisasi terhadap orang-orang yang terkolonisasi, ia juga menyebutkan alasan ekonomi untuk kolonisasi. Alasan-alasan ini mirip dengan ideologi kolonial yang hingga kini diperdebatkan, seperti pencarian bahan mentah dan lahan subur.
Seorang guru sejarah, Laurence De Cock, menyoroti ketidakseimbangan dalam pengajaran ini. Dia berkomentar, "Ini adalah cara untuk menetralkan perdebatan dalam pendidikan dasar, sementara tidak ada yang akan berpikir untuk mendukung Hitler dan juga mendukung orang Yahudi secara setengah-setengah".
Perdebatan tentang pengajaran sejarah kolonisasi ini menunjukkan betapa pentingnya memahami dan menganalisis berbagai perspektif sejarah, terutama yang menyangkut pengaruh permanen dari kolonialisme.