Mei 2022 Terjadi Inflasi 0,4%, Rupiah Berbalik Menguat di Akhir Sesi

Rupiah - starberita.com
Rupiah - starberita.com

JAKARTA – Rupiah mampu berbalik ke area hijau pada perdagangan Kamis (2/6) sore setelah data Indeks Harga Konsumen (() Indonesia bulan Mei 2022 menunjukkan terjadi inflasi sebesar 0,4%. Menurut laporan Index pada pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda berakhir menguat 54 poin atau 0,37% ke level Rp14.480 per dolar AS.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia harus tertunduk lesu di hadapan greenback. Ringgit Malaysia menjadi yang paling terpuruk setelah melorot 0,22%, diikuti won Korea Selatan yang terkoreksi 0,19%, yuan China yang melemah 0,15%, baht Thailand yang berkurang 0,10%, dan dolar Singapura yang 0,04%. Sebaliknya, yen masih mampu menguat tipis 0,05%.

Siang tadi, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pada Mei 2022 terjadi inflasi sebesar 0,4% secara bulanan atau month-to-month. Angka inflasi tersebut merupakan hasil dari IHK yang meningkat dari 109,98 pada April 2022 menjadi 110,42 pada Mei 2022. “Sejumlah komoditas penyumbang inflasi utama pada Mei kemarin adalah tarif angkutan udara, telur ayam ras, ikan segar, dan ,” papar Kepala BPS, Margo Yuwono.

Menurut analisis CNBC Indonesia, rilis data dari dalam negeri terbilang cukup baik karena inflasi secara bulanan dan sesuai dengan prediksi pasar, meski inflasi secara tahunan tetap naik. Hal tersebut tentunya mendorong penguatan dan stabilitas rupiah pada hari ini, sehingga wajar saja jika mata uang Garuda berhasil melibas greenback.

Dari pasar global, dolar AS mencapai level tertinggi tiga minggu terhadap yen di awal perdagangan pada hari Kamis dan bertahan kuat terhadap mata uang utama lainnya, didukung oleh kenaikan imbal hasil Treasury AS yang semalam mencapai puncak dua minggu. Mata uang Paman Sam terpantau menguat tipis 0,053 poin atau 0,05% ke level 102,551 pada pukul 10.33 WIB.

“Jika Anda melihat pasar , obligasi, dan dolar AS, semuanya seperti bergabung,” kata kepala strategi valuta asing di National Australia Bank, Ray Attrill, dilansir dari Reuters. “Dalam 48 jam terakhir atau lebih, ada pembalikan penurunan imbal hasil Treasury AS 10 tahun sekarang kembali mendekati 3%. Ini hampir seperti bayangan cermin dari apa yang kita lihat minggu lalu, ketika ada pembicaraan tentang kemungkinan jeda dalam siklus pengetatan.”

Pos terkait